PANDEGLANG - Empat anak buah kapal Crown Maritim 3 Jakarta yang tengah mencari ikan di perairan selatan Ujung Kulon, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, yakni Minto (19), Diksa (34), Said (35) dan Saminto (40), tewas, Sabtu (17/9) pagi di tengah laut. Keempatnya diduga keracunan gas dari ratusan kilogram ikan di kapal tersebut yang membusuk akibat sistem pendingin mati.
Said (35) merupakan Kampung Muara
Baru, Jakarta Utara; sedangkan Diksa (28), Minto (19), dan Saminto (40)
warga Batang, Jawa Tengah. Dari informasi yang berhasil dihimpun Banten
Raya, para ABK awalnya hendak mengeluarkan air dari kapal yang miring
akibat sempat bertabrakan dengan kapal lain. Kapal tersebut sudah
berlayar sejak Senin (12/9) lalu.
Ketika Diksa membuka ruang palka kapal, Diksa tiba-tiba terhuyung, jatuh dan kemudian meninggal dunia. Tiga rekannya, Said, Minto, dan Saminto, kaget melihat Diksa tiba-tiba terjatuh. Mereka kemudian mencoba menolong Diksa. Naas, ketiganya mengalami hal yang sama.
Nahkoda kapal Crown Maritim 3 Jakarta Andi (43) yang melihat kejadian tersebut panik dan langsung menghubungi Direktorat Polair Polda Banten yang diterima Brigadir Dani Fiandi dan Brigadir Brigadir Imam. Kondisi Andi sendiri saat ini kritis karena sempat menghirup gas ikan tersebut. Dibantu masyarakat, polair kemudian mengevakuasi jenazah empat orang tersebut berikut para ABK kapal yang totalnya berjumlah 13 orang.
Kapolres Pandeglang AKBP Ary Satriyan mengatakan, setelah menangkap ikan di Ujung Kulon sejak Senin (12/9) lalu, kapal Crown memutuskan untuk pulang. Namun di tengah jalan, kapal mogok akibat bertabrakan dengan kapal lain yang mengakibatkan kapal miring. “Sebelum bantuan datang kondisi kapal sudah mengambang miring di tengah laut selama lima hari,” jelas Kapolres, Minggu (18/9).
Kapolres mengatakan, setelah dicek, pendingin ikan di kapal tersebut ternyata mati sehingga mengakibatkan bau busuk yang menyengat. "Akan tetapi, kami bersama Polairut Polda Banten masih memeriksa untuk mendalami kasusnya,” katanya.
Kapolres mengatakan, ABK yang selamat adalah Umarudin (56), warga Kampung Karang Asem, Kelurahan Gangtongkol, Kabupaten Batang, Jawa Tengah; Aceng (28), warga Kampung Lereng Kulon, Desa Bojong Mas, Kabupaten Bandung; Muhamad Fadli (21), warga Kampung Batu Ceper, Kelurahan Batu Ceper, Kabupaten Tangerang; Sahril (20) dan Johari (20), warga Kampung Batang, Jawa Tengah; Herman (23), warga Serang, dan Johan (35), warga Bangka Belitung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pandeglang Doni Hermawan mengatakan, pada saat pihaknya melakukan evakuasi ternyata para ABK sudah meminta bantuan ke pemilik kapal yang berada di Jakarta namun tidak ada bantuan.
“Pada saat kami melakukan evakuasi ternyata di dalam kapal ada empat orang nelayan yang pingsan akibat tidak tanah menahan bau busuk ikan dan langsung kami larikan ke Puskesmas Sumur,” kata Doni seraya mengatakan bahwa kapal nelayan tersebut memiliki bobot 12 ton .
Kepala Sub Direktorat Penegakkan Hukum (Kasubdit Gakkum) Ditpolair Polda Banten AKBP Noman Trisapto mengatakan, dari hasil berita acara pemeriksaan (BAP) yang dilakukannya terhadap 4 orang nelayan yang selamat, pada Senin (12/9) lalu, kapal itu mengalami kecelakaan laut.
"Kapal ini sebelumnya mengalami kecelakaan laut di Selat Sunda dan mengalami eror kemudi dan kapal sempat membanting ke kiri. Pada saat itu juga cuaca sedang buruk sehingga banyak air yang masuk dan merusak alat-alat kapal, termasuk alat pendingin," katanya.
Menurut Noman, setelah mengalami kecelakaan itu, kedelapan nelayan itu terapung-apung di laut. Dalam kondisi itu, mereka meminta bantuan kepada nelayan lain dan meminta untuk dievakuasi ke Muara Baru, Jakarta.
"Sebelum dievakuasi dan bermaksud untuk mengurangi beban muatan, salah satu korban masuk kedalam palka untuk membuang muatan. Saat masuk nelayan itu mencium aroma busuk ikan sehingga menyebabkan pingsan di dalam. Melihat temanya pingsan, 4 temannya berusaha menolong. Tapi malah ikut jadi korban," ujarnya.
Ketika Diksa membuka ruang palka kapal, Diksa tiba-tiba terhuyung, jatuh dan kemudian meninggal dunia. Tiga rekannya, Said, Minto, dan Saminto, kaget melihat Diksa tiba-tiba terjatuh. Mereka kemudian mencoba menolong Diksa. Naas, ketiganya mengalami hal yang sama.
Nahkoda kapal Crown Maritim 3 Jakarta Andi (43) yang melihat kejadian tersebut panik dan langsung menghubungi Direktorat Polair Polda Banten yang diterima Brigadir Dani Fiandi dan Brigadir Brigadir Imam. Kondisi Andi sendiri saat ini kritis karena sempat menghirup gas ikan tersebut. Dibantu masyarakat, polair kemudian mengevakuasi jenazah empat orang tersebut berikut para ABK kapal yang totalnya berjumlah 13 orang.
Kapolres Pandeglang AKBP Ary Satriyan mengatakan, setelah menangkap ikan di Ujung Kulon sejak Senin (12/9) lalu, kapal Crown memutuskan untuk pulang. Namun di tengah jalan, kapal mogok akibat bertabrakan dengan kapal lain yang mengakibatkan kapal miring. “Sebelum bantuan datang kondisi kapal sudah mengambang miring di tengah laut selama lima hari,” jelas Kapolres, Minggu (18/9).
Kapolres mengatakan, setelah dicek, pendingin ikan di kapal tersebut ternyata mati sehingga mengakibatkan bau busuk yang menyengat. "Akan tetapi, kami bersama Polairut Polda Banten masih memeriksa untuk mendalami kasusnya,” katanya.
Kapolres mengatakan, ABK yang selamat adalah Umarudin (56), warga Kampung Karang Asem, Kelurahan Gangtongkol, Kabupaten Batang, Jawa Tengah; Aceng (28), warga Kampung Lereng Kulon, Desa Bojong Mas, Kabupaten Bandung; Muhamad Fadli (21), warga Kampung Batu Ceper, Kelurahan Batu Ceper, Kabupaten Tangerang; Sahril (20) dan Johari (20), warga Kampung Batang, Jawa Tengah; Herman (23), warga Serang, dan Johan (35), warga Bangka Belitung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pandeglang Doni Hermawan mengatakan, pada saat pihaknya melakukan evakuasi ternyata para ABK sudah meminta bantuan ke pemilik kapal yang berada di Jakarta namun tidak ada bantuan.
“Pada saat kami melakukan evakuasi ternyata di dalam kapal ada empat orang nelayan yang pingsan akibat tidak tanah menahan bau busuk ikan dan langsung kami larikan ke Puskesmas Sumur,” kata Doni seraya mengatakan bahwa kapal nelayan tersebut memiliki bobot 12 ton .
Kepala Sub Direktorat Penegakkan Hukum (Kasubdit Gakkum) Ditpolair Polda Banten AKBP Noman Trisapto mengatakan, dari hasil berita acara pemeriksaan (BAP) yang dilakukannya terhadap 4 orang nelayan yang selamat, pada Senin (12/9) lalu, kapal itu mengalami kecelakaan laut.
"Kapal ini sebelumnya mengalami kecelakaan laut di Selat Sunda dan mengalami eror kemudi dan kapal sempat membanting ke kiri. Pada saat itu juga cuaca sedang buruk sehingga banyak air yang masuk dan merusak alat-alat kapal, termasuk alat pendingin," katanya.
Menurut Noman, setelah mengalami kecelakaan itu, kedelapan nelayan itu terapung-apung di laut. Dalam kondisi itu, mereka meminta bantuan kepada nelayan lain dan meminta untuk dievakuasi ke Muara Baru, Jakarta.
"Sebelum dievakuasi dan bermaksud untuk mengurangi beban muatan, salah satu korban masuk kedalam palka untuk membuang muatan. Saat masuk nelayan itu mencium aroma busuk ikan sehingga menyebabkan pingsan di dalam. Melihat temanya pingsan, 4 temannya berusaha menolong. Tapi malah ikut jadi korban," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar