(Baca : http://radarsobang.blogspot.co.id/2016/03/pertamina-tarik-tabung-gas-3-kg-di.html )
Rahmat Salim mengatakan, penarikan tabung gas 3 Kg itu akan dilakukan secara bertahap, kemudian dibarengi dengan diluncurkannya tabung gas ukuran 5,5 Kg. Tabung gas 5,5 Kg produk Pertamina ini dinamakan Bright Gas dengan harga gasnya saja Rp42.000 per tabung sebagai harga promosi. Harga normalnya adalah Rp70.000 per tabung. Bandingkan dengan harga tabung melon yang berkisar Rp15.000-Rp18.000 per tabung. Tentu, harga tabung melon yang lebih rendah itu disebabkan subsidi dari pemerintah.
Mengapa alasan penarikan tabung gas melon itu dinilai naif? Karena alasan itu mirip dengan alasan-alasan serupa pada bahan bakar minyak (BBM) ketika Pertamina (dalam hal ini pemerintah) mulai menarik subsidi. Contohnya, penarikan subsidi untuk bensin Ron88 yang dinamakan Premium. Hasil kajian internal Pertamina menyebutkan yang kemudian dipublis, Premium ternyata dinikmati orang-orang yang berpenghasilan menengah ke atas, bukan penghasilan golongan rendah yang disasar oleh program subsidi BBM.
Tetapi bukan hal itu yang hendak disoroti. Proses “pemaksaan” untuk menggantikan jenis BBM memang telah terjadi. Masih ingat, ketika pemerintah melalui Pertamina “memaksa” masyarakat untuk beralih dari minyak tanah ke gas. Pemaksaan itu dengan cara secara bertahap, Pertamina mengurangi pasokan minyak tanah dan benar-benar hilang di pasaran.
Kini sebagian besar masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan golongan ekonomi lemah sudah menggunakan gas. Penyediaan gas yang disubsidi tentunya sangat membantu karena harganya terjangkau. Dengan harga Rp15.000 per tabung (3 Kg), warga bisa membeli dan menggunakan gasnya di dapur-dapur.
Dan kini Pertamina mulai menarik gas subsidi dengan ukuran 3 Kg, digantikan dengan gas ukuran tabung 5,5 Kg. Gas Bright Gas itu tidak disubsidi, sehingga harganya relatif tinggi Rp70.000 per tabung dan harganya tabungnya Rp322.000 per tabung. Cara pemaksaan dengan menarik gas tabung 3 Kg dan menyediakan Bright Gas, tentu saja menempatkan masyarakat tidak punya pilihan. Gas tabung 3 Kg sudah tak ada di pasaran, yang ada hanya Bright Gas.
Tidak heran, muncul pemikiran, penarikan gas 3 Kg bukan semata-mata alasan digunakan oleh berpenghasilan menengah ke atas, tetapi lebih disebabkan alasan bisnis. Pertamina ingin segera meraup untung yang besar dengan cara memaksa masyarakat untuk membeli Bright Gas dengan cara tidak diberikan pilihan lain dalam menggunakan bahan bakar. Apakah itu benar? Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar