BREAKING NEWS

BREAKING NEWS : RMB Sobang kembali adakan khitanan masal, yang mau ikut silahkan daftar ke panitia di mesjid Agung Baiturrahim Sobang....>>Musim hujan datang Sobang Siaga Banjir...>>perjudian marak didesa Sobang

Kamis, 17 Maret 2016

Enggan Berkutu, Hindun Pilih Cerai

Love Story
Akhir pekan itu, Hindun (34), nama samaran, mengepak barang-barang di kamar. Satu tas koper serta beberapa tas lain ia geletakkan di lantai. Sejumlah pakaian dan pernak-pernik ia masukkan ke dalam beberapa tas. Termasuk perlengkapan anak, sebab ia membawa serta anaknya pergi dari rumah Diday (38), nama samaran suaminya.

Aksi angkat koper Hindun merupakan ujung pertengkaran Hindun dan Diday yang berkepanjangan. Cekcok mulut antara suami istri terpicu lantaran Diday menolak untuk pindah dari rumah tersebut. “Saya ingin keluar dari rumah itu, tapi Mas Diday menolak. Saya kasih pilihan, mau keluar atau cerai, dia pilih tidak mau keluar. Berarti cerai kan? Ya sudah saya keluar dari rumah itu sendirian,” ujar Hindun.

Ibu berhijab ini tidak betah lagi tinggal di rumah Diday. Ia tidak suka dengan gaya hidup keluarga besar Diday. Mereka tidak pernah memikirkan pola hidup bersih. Khususnya kebersihan rambut, di mana keluarga besar Diday secara keseluruhan berkutu. “Mereka itu hidup berdampingan dengan kutu. Saya tidak suka kutu, apalagi saya kan berhijab. Makanya lebih baik pergi,” katanya.
Hindun pun tidak menyukai filosofi keluarga besar Diday. Selama ini, mereka menilai keberadaan kutu di rambut telah mempererat tali persaudaraan. Sebab setiap akhir pekan, keluarga Diday memang sering berkumpul dan saling mencari kutu. Sambil mencari kutu, mereka berbincang-bincang tentang segala hal. “Saudara-saudara Diday yang bekerja, berkumpul di satu rumah untuk saling mencarikan kutu setiap akhir pekan. Kalau yang tidak kerja sih hampir tiap hari. Sambil mencari kutu, mereka bergosip ini itu. Makanya mereka bilang kutu membuat tali persaudaraan mereka tidak terputus,” terangnya.

Adanya filosofi ini, membuat Hindun tersisihkan dari keharmonisan keluarga besar Diday. Sebab ia satu-satunya anggota keluarga yang tidak berkutu. Untuk tidak berkutu, Hindun harus bekerja keras. Ia terpaksa terus menggunakan sampo antikutu, setidaknya sepekan sekali.
“Saya rajin pakai sampo antikutu. Kadang tiga hari sekali atau seminggu sekali. Gara-gara tidak berkutu, saya jadi tersisihkan. Kalau yang lain ramai-ramai cari kutu, saya kan tidak cari kutu. Jadinya tidak bergabung dengan mereka,” tuturnya.

Hindun sempat bertahan delapan tahun tinggal di rumah tersebut. Ia menilai menggunakan sampo antikutu adalah solusi terbaik untuk dirinya terhindar dari kutu. Tentunya, ada kala ketika dirinya terjangkit kutu. Jadinya, Hindun harus sering garuk-garuk kepala selama bekerja.
Namun di tahun berikutnya, Hindun bertekad ingin pindah karena tidak tahan dengan ancaman kutu. Hindun tidak keberatan jika dirinya harus pindah ke rumah kontrakan atau kos-kosan. Sayang tekad itu dihalangi Diday, sebab sang suami tidak mau pindah.

Alasan Diday memang masuk di akal, ia tidak mau pergi lantaran Diday telah diamanatkan orangtuanya untuk memelihara rumah yang saat ini ia ditinggali. Terlebih rumahnya cukup luas, disertai pekarangan yang cukup untuk menanam beberapa tanaman.
“Mas Diday bilang tidak bisa meninggalkan rumah. Sebab rumah itu adalah amanat orang tua,” terang Hindun.
Apalagi pasangan ini tidak dibebani apa-apa lagi. Sebab rumah sudah dibuatkan lengkap dengan perabotan di dalamnya. Orangtua Diday yang memang kalangan menengah ke atas ini, telah menyediakan tempat tinggal lengkap dengan isinya. Tidak hanya untuk pasangan Diday, namun keluarga adik dan kakak Diday pun diperlakukan sama.
“Orang tua Mas Diday itu pengusaha. Mereka ingin anak-anak mereka selalu dekat dan rukun. Makanya mereka membuatkan rumah saling berdekatan. Bahkan sekarang seperti kompleks perumahan pribadi,” terangnya.
Namun begitu, rumah dan perabotan tidak cukup memuaskan Hindun. Sebab baginya, keluarga besar Diday yang berkutu sangat mengganggu. Terlebih ia menggunakan jilbab, sehingga ia tidak bisa menggaruk dan mencari kutu dengan jarinya.
“Kalau saya sedang gatal, ingin sekali membuka jilbab dan menggaruk atau menyisirnya pakai sisir kerut. Tapi kalau sedang kerja kan enggak bisa, jadinya sangat menyiksa,” tuturnya.
Siksaan ini berlangsung selama delapan tahun lamanya. Hindun pun tidak kuat lagi menerima siksaan tersebut. Lantaran itulah, ia memantapkan hati untuk keluar dari rumah itu. Mengingat sang suami tidak ingin ikut serta, Hindun juga memutuskan untuk menggugat cerai Diday.
“Kalau saya keluar rumah tapi suami tidak, berarti sama saja berpisah kan? Dari pada dibuat mengambang, lebih baik saya tegaskan saja,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar