PANDEGLANG, (KB).-
Jalan Panimbang-Citeureup sepanjang 7 kilometer yang juga menjadi jalur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) rawan abrasi, karena jalur sebelah kanan mulai terkikis permukaan air laut. Meski kondisi air laut sudah menempel ke bahu jalan, namun sampai sekarang belum ada pembangunan sodetan atau tanggul penahan banjir, dalam kondisi musim hujan yang terus berlangsung berdampak pada naiknya gelombang di Perairan Panimbang. Meski belum terjadi genangan banjir ke badan jalan, sebagian warung yang di bantaran perairan tersebut sudah mulai terkena banjir.
"Sudah hampir tiga bulan terakhir, ombak naik. Air laut sudah mulai menepi ke bantaran pantai. Kami harap, pemerintah provinsi agar membangun tanggul di sepanjang Jalur Panimbang-Citereup sebagai penahan banjir," kata Mulyadi, warga Citereup. Pihaknya mengatakan, selama ini jalur tersebut belum sampai tergenang banjir. Akan tetapi, air laut berpotensi meluap ke badan jalan jika curah hujan tinggi dan gelombang pasang. Oleh karena itu, pemerintah harus mengantisipasi sebelum terjadi bencana banjir.
Sementara itu, anggota DPRD Pandeglang asal Panimbang, Ariman membenarkan, sebagian Jalan Citereup sudah terkena abrasi. Apalagi, tanaman bakau sebagai penahan air laut sudah langka. Untuk mengantisipasi bencana banjir, pemerintah harus membangun tanggul atau sodetan di pinggir Pantai Citereup. "Tidak ada seorang juga yang dapat memprediksi bencana. Karena, pemerintah harus melakukan antisipasi ke arah itu," ujarnya.
Seorang aktivis pencinta alam, Oka menuturkan, beberapa titik di jalur tersebut sudah menempel ke pesisir pantai. Kondisi tersebut bisa berpotensi air laut tumpah ke badan jalan. "Ada dua solusi mencegah banjir di bantaran pantai, pertama dengan menanam bakau dan kedua membangun tanggul. Karena, jalan ini merupakan kewenangan provinsi, maka pemerintah daerah harus mengusulkan permohonan pembangunan tanggul ke Pemprov Banten," ucapnya. Menurut dia, Jalan Citereup tersebut merupakan jalan utama menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Jika infrastruktur di sepanjang pantai tidak dibentengi tanggul atau sodetan, hal itu akan mengundang kerawanan banjir. "Kami tidak bisa membayangkan jika jalur itu tergenang banjir. Sudah pasti jalur transportasi akan terputus," tuturnya.
Jalan Panimbang-Citeureup sepanjang 7 kilometer yang juga menjadi jalur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) rawan abrasi, karena jalur sebelah kanan mulai terkikis permukaan air laut. Meski kondisi air laut sudah menempel ke bahu jalan, namun sampai sekarang belum ada pembangunan sodetan atau tanggul penahan banjir, dalam kondisi musim hujan yang terus berlangsung berdampak pada naiknya gelombang di Perairan Panimbang. Meski belum terjadi genangan banjir ke badan jalan, sebagian warung yang di bantaran perairan tersebut sudah mulai terkena banjir.
"Sudah hampir tiga bulan terakhir, ombak naik. Air laut sudah mulai menepi ke bantaran pantai. Kami harap, pemerintah provinsi agar membangun tanggul di sepanjang Jalur Panimbang-Citereup sebagai penahan banjir," kata Mulyadi, warga Citereup. Pihaknya mengatakan, selama ini jalur tersebut belum sampai tergenang banjir. Akan tetapi, air laut berpotensi meluap ke badan jalan jika curah hujan tinggi dan gelombang pasang. Oleh karena itu, pemerintah harus mengantisipasi sebelum terjadi bencana banjir.
Sementara itu, anggota DPRD Pandeglang asal Panimbang, Ariman membenarkan, sebagian Jalan Citereup sudah terkena abrasi. Apalagi, tanaman bakau sebagai penahan air laut sudah langka. Untuk mengantisipasi bencana banjir, pemerintah harus membangun tanggul atau sodetan di pinggir Pantai Citereup. "Tidak ada seorang juga yang dapat memprediksi bencana. Karena, pemerintah harus melakukan antisipasi ke arah itu," ujarnya.
Seorang aktivis pencinta alam, Oka menuturkan, beberapa titik di jalur tersebut sudah menempel ke pesisir pantai. Kondisi tersebut bisa berpotensi air laut tumpah ke badan jalan. "Ada dua solusi mencegah banjir di bantaran pantai, pertama dengan menanam bakau dan kedua membangun tanggul. Karena, jalan ini merupakan kewenangan provinsi, maka pemerintah daerah harus mengusulkan permohonan pembangunan tanggul ke Pemprov Banten," ucapnya. Menurut dia, Jalan Citereup tersebut merupakan jalan utama menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Jika infrastruktur di sepanjang pantai tidak dibentengi tanggul atau sodetan, hal itu akan mengundang kerawanan banjir. "Kami tidak bisa membayangkan jika jalur itu tergenang banjir. Sudah pasti jalur transportasi akan terputus," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar