Panimbang - Total
perahu nelayan di Pandeglang yang tengelam karena cuaca ekstrim
berjumlah 23 perahu. Perahu yang tenggelam itu milik nelayan dua
kecamatan yakni Panimbang dan Labuan, dengan rincian dua unit perahu
nelayan Panimbang, dan 21 perahu nelayan Labuan. Akibat perahunya
tengelam, sejumlah nelayan tidak bisa melaut dan mengalami kerugian
ratusan juta.
Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pandeglang Ujang Kusna mengatakan, dari data yang dia punya ada 23 perahu nelayan yang tengelam saat cuaca ekstrim yang terjadi beberapa hari lalu. “Karena tengelam akhirnya perahu nelayan banyak mengalami keruskan. Meski bisa dievakuasi, banyak mesin perahu yang tidak bisa hidup lagi,” ujar Ujang kepada Banten Raya, kemarin. Menurutnya, kondisi ini terjadi untuk wilayah Labuan karena pelabuan para nelayan tepatnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Teluk berada di muara Sungai Cipunten Agung.Ujang dan nelayan lainnya meminta untuk muara Sungai Cipunten Agung bisa segera dinormalisasi karena dasar sungai sudah dangkal.
Selain itu pihaknya sudah menyampaikan ke UPT Dinas Kelautan dan Perikanan di Labuan agar pemerintah bisa membantu perbaikan kapal.“Selain segera dinormalisasi, kami juga minta dibuatkan penghadang ombak di wilayah perairan laut Teluk supaya ketika ombang tinggi bisa mengurangi terjangan ke perahu yang berlabuh di sekitar TPI Teluk,” tegasnya.
Supriadi, nelayan Panimbang mengatakan, total perahu yang mengalami rusak ringan dan rusak berat hampir terbagi dua, adapun yang tengelam kurang lebih 8 kapal.“Dalam peristiwa itu juga ada nelayan yang pingsan dan nangis melihat kapalnya tenggelam. Meski tengelam memang bisa dievakuasi, hanya saja untuk kembali normal harus menghabiskan puluhan juta rupiah,” ujarnya.
Ketua HNSI Panimbang Abdul Ajis mengatakan, di wilayah Panimbang juga terjadi cuaca ekstrim, bahkan ada dua kapal nelayan yang rusak diterjang gelombang dan langsung tengelam. Sampai sekarang dua kapal tersebut belum di evakuasi.“Hal ini sudah saya sampaikan dan mudah-mudahan bisa berjalan lancar, tanpa kendala. Para nelayan yang terkena musibah saya minta bersabar,” tuturnya
Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pandeglang Ujang Kusna mengatakan, dari data yang dia punya ada 23 perahu nelayan yang tengelam saat cuaca ekstrim yang terjadi beberapa hari lalu. “Karena tengelam akhirnya perahu nelayan banyak mengalami keruskan. Meski bisa dievakuasi, banyak mesin perahu yang tidak bisa hidup lagi,” ujar Ujang kepada Banten Raya, kemarin. Menurutnya, kondisi ini terjadi untuk wilayah Labuan karena pelabuan para nelayan tepatnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Teluk berada di muara Sungai Cipunten Agung.Ujang dan nelayan lainnya meminta untuk muara Sungai Cipunten Agung bisa segera dinormalisasi karena dasar sungai sudah dangkal.
Selain itu pihaknya sudah menyampaikan ke UPT Dinas Kelautan dan Perikanan di Labuan agar pemerintah bisa membantu perbaikan kapal.“Selain segera dinormalisasi, kami juga minta dibuatkan penghadang ombak di wilayah perairan laut Teluk supaya ketika ombang tinggi bisa mengurangi terjangan ke perahu yang berlabuh di sekitar TPI Teluk,” tegasnya.
Supriadi, nelayan Panimbang mengatakan, total perahu yang mengalami rusak ringan dan rusak berat hampir terbagi dua, adapun yang tengelam kurang lebih 8 kapal.“Dalam peristiwa itu juga ada nelayan yang pingsan dan nangis melihat kapalnya tenggelam. Meski tengelam memang bisa dievakuasi, hanya saja untuk kembali normal harus menghabiskan puluhan juta rupiah,” ujarnya.
Ketua HNSI Panimbang Abdul Ajis mengatakan, di wilayah Panimbang juga terjadi cuaca ekstrim, bahkan ada dua kapal nelayan yang rusak diterjang gelombang dan langsung tengelam. Sampai sekarang dua kapal tersebut belum di evakuasi.“Hal ini sudah saya sampaikan dan mudah-mudahan bisa berjalan lancar, tanpa kendala. Para nelayan yang terkena musibah saya minta bersabar,” tuturnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar